Wednesday, October 31, 2007

i am, i see

o' who am i? i wonder
i see myself by the mirror
ask the one in front of me
who am i? he gives no words
i come to the brick wall
see nothing and keep asking
who am i? i question
only dust blowing to my face
o' who am i? i see
and the dust wrapping my body

Salteng 311007

in the woods

you've done no wrong
you've done no wrong
i took the lights
in the dark woods
and you now are blind
nothing to see
but me with no soul
left promises in my dry lips


Salteng 311007

anjing

bagai anjing dekil melolong
mencari tempat menemukan ajal
dalam kegelapan tertatih
berbaring lalu mendengus
terengah perlahan
lahan lalu menghilang

esoknya hanya dibuang di kali
menjadi bangkai menyesaki sungai


Salteng 3101007

Thursday, October 25, 2007

berita petang

benarkah? dengungan mengiang di daun kuping menghentak gendang dan bergema di jauh hati. ini kabar! tentang satu di antara dua. satu dibungkam diam. satunya melenggang kebingungan. satu lagi menunggu tangis. yang diam diterkam kesakitan menunggu semua.

Siaga 241007

akanan

hendak kunanti dirimu
kendati kulewatkan sangkala tanpamu
masa bergegas meninggalkan langkah tertatih
hura... hura... melecuti tubuh sendiri, pedih
akanan di seberang mata sebagai petunjuk

Salteng 201007

serpih

sekerat daging dingin kulahap semalam dalam himpitan dua helai roti. cecapnya bagai air mata yang menetes bersama peluh yang terlewatkan dari lubang pori kita - meledak lunglai dalam kesunyian. sudah habis, tinggal sekerat ingatan yang tak akan terburai bagai pedas di lidah. remahnya menempel di jiwa yang tak lagi bersuara. serpih, serpih, dan tak pergi.

Siaga, 201007

kutukan

sejuta kutukan berserakan di jalan
beriringan dengan wajah yang ngeri
saling sahut bersahut lantang panjang
memberi wajahku berjuta kubang hitam
meludah pada rautku yang sudah tertunduk
semua mengutuk - lolongan panjang tak lagi berarti
, mimpi yang muncul dalam bangun

Salteng 080907

desis

mana ada yang tahu nanti?
walau mendung tak pergi
apakah berarti hujan?
tidak. aku bukan tuhan

Siaga 011007

pada malam

kalau benar sudah sore,
tentu semuanya akan temaram
lampu lampu ditekan telunjuk
tirai tirai ditutup rapat
pintu dan jendela bersetubuh dengan bingkainya
lalu cahaya beringsut hilang di barat
tanda sang malam akan berunjuk rasa
- memberi gelap

Siaga 300907

bukan tumbal

tak mengenal kata korban
sebab tumbal hanya untuk kepedihan

tapi cinta itu melukai,
membunuhmu dan mencabik jantungmu

apakah kau tahu diriku?

Siaga, 230907

mayangda

di mana tanda tanya itu kau torehkan? rasanya menyeretku jauh. cakar cakar kita saling bertelingkah mengiris tubuh. kita berlari saling mengejar, hingga nafas pun tersengal. kita berhenti dan saling berpandang. kau tanya padaku, apakah ini mayangda yang kucari. aku terhenyak menyengap. kini kucari tanda tanya itu kembali. tanganku telah basah oleh darahmu. panah yang patah kau tinggal di tanah dengan tetes darah yang masih mengalir.

Siaga, 210907

silogisme [senja dan malam]

katanya senja mulai risau memudar. dikibas waktu berputar. sudah terlelap dibuai sekap malam, berkelibat menyeruput cahaya. sang pengelana malam pun bangun hendak bersiap lindap. bisiknya parau pada warna jingga - ingin melaju pergi. sebuah premis bahwa senja tak bersama malam. sekedar jeda silogisme peristiwa. senja tetap kokoh ada di sana.

Siaga, 200907

gulita asam

lalu petang hadir lagi
menggerus malam ini
mengaduk pekat dan senyap
menjadi gulita asam

  • kakiku masih berdiri!

Salteng 170907

silencium

kupecahkan alur, menjulur dari lidah
bersemayam, meronta bertanya
apa yang dihisap waktu?
impian untuk diam

Siaga, 160907

bertanya pada waktu

seperti bara bara api
ditimbun dalam tanah gambut
mendekam menanti waktu
merangkak lahan

Salteng 120907

tujuh bingkai

minggu lalu aku menonton pameran foto
dalam tujuh bingkai
ya, cuma sekedar itu jumlahnya
berisi dua puluh lima wajah lebih
berjejal dalam gambaran
ekspresi dan posisinya penuh corak
setiap bingkai kemudian meneteskan keringat ke lantai
setelahnya, kakiku lemas

Salteng 030907

solitary beer

: untuk A/B/C

suatu malam kukirim berita sunyi kepada kawan di kota sebelah. dia katakan bahwa rasa sepi itu sekedar mampir ke kami seperti angin yang mengibas dari balik jendela. kupamerkan, bahwa ada sekaleng bir rasa sepi di sampingku, yang nikmat diminum bersama. dia lantas tertawa dan menyatakan bahwa ada baiknya membuat label bir baru sendiri "solitary beer". cocok diminum kala sepi, membuat kami lebih merasa sunyi. huh, seandainya semua pemilik rasa sepi bersatu tentunya akan nikmat mereguk rasa itu bersama.

kami akhiri perbicancangan jauh itu dengan kesepakatan. sepi akan selalu datang selama kita masih mencari di batas senja lain waktu.

Siaga, 020907

merenung di TIM (sebelum pemetasan)

suaramu jadi menyeramkan
menyeretku kembali ke liang yang sudah kutimbun dengan bangkaiku
ataukah kau serupa dengan mereka yang dulu menggali kuburku?
di sini, di kebisingan besi bertemu besi
kayu berderi rapi dan teriakan aba aba
aku duduk dengan tiga ekor nyamuk yang ingin mengecap darahku
sambil menunggu pagi, mencari pernyataan:
sudah pagi dan tak perlu sembunyi

TIM 090807

dunia dari lubang sedotan

sempit, pengap
ke kanan, ke kiri
sama saja terasa
tengok ke atas saja sambil tersenyum
mereka melotot dari lubang sedotan

Salteng 300807

wajahmu menggenang di cangkir kopi

kau bilang kau menyukai getirnya, kepulan kopi pekat dengan aroma kuat. membuat matamu tak terkejap. kenapa kau tak muncul di sini? aku duduk menatap cangkirku yang ke sekian kali. wajahmu menggenang di atasnya. larut dalam campuran air, kopi dan sejumput gula. sementara di atas langit bulan bersembunyi dari matahari.

Solong, 280807

episode akhir: adieu, adieu...

lampu tetap gelap hanya menyalakan pekat. penonton terhenyak mencari sosok tubuh kita di atas panggung hitam. ini kisah sebuah rahasia sederhana. tak ada gerak, tanpa suara. jangan takut, kuyu wajahmu tak mereka lihat. terlalu gelap untuk retina mereka mengolah nir cahaya jadi wujud yang nampak. perankan adeganmu dengan apik, yang kau terjemahkan dari suara matamu yang berkedip. cukup keras sudah menghantam kuping yang menempel di jatungku. laksana anak panah yang kau lepaskan dan menancap tepat di dada.

[hening, hanya mata dua pasang mengintip]
[diam, mata terpejam berbisik lirih]

lalu kita sampai pada babak terakhir, teriakmu padaku "adieu, adieu..." pementasan lakon tak berjudul usai. layar gelap menutup panggung hitam. penonton beringsut pergi tanpa tanda tanya.

Galnas 070807

episode tiga: memburu pemburu

dari balik kelam suatu senja, perempuan elok muncul dengan langkah gemulai. di tangannya ia menggengam gendewa dengan panah terhunus. matanya yang jernih mencari cari. nafsunya mendengus menderu meradang dikuti goyang alis matanya yang runcing. kesepian lah yang ia geledah dari mata mata yang dipandangnya. berpasang mata telah ditatapnya tajam, sampai mata itu terkulai lunglai tak berkutik. ia hirau dan terus mengejar kesepian di balik mata yang lengai. alkisah, ia ingin berburu pemburu untuk ditaklukan dengan jerampingnya. di suatu malam, panah itu sudah menacap di tanah. mata yang ia cari berdiam di dalamnya dengan lembaran babad mangsa terengkuh. di sebelah mata yang terpanah itu terukir coretan "dunia terlalu sempit hingga kesepian menjadi rumit untuk ditemukan dalam terang".

Salteng, 060807

episode dua: api di tubuhku

lantas api menyala, membakar diriku. tanpa bertanya sedikitpun sebagai pelengkap basa basi. seluruh tubuhku panas bergetar, ingin meledak. nun jauh di sana kulihat, kau membawa air untukku. ingin kau berlari menyiramku, tapi terlalu jauh. gerah kulihat ke bawah, ternyata tanganmu tertinggal menggengam pematik yang masih membara. mengapa? tiada juga kau jawab.

pada akhirnya, kau terbang dengan sayapmu. mengepak angin untuk menyingkir. di belakangmu puluhan pasang mata menatap heran. ada apa dalam benak mereka terhadapmu. kau tak peduli, terbang tinggi dan tinggi, turun memelukku yang menyala. sampai kau lupa, sayapmu sudah terbakar. dan air yang kau bawa segera kau guyurkan ke tubuh kita.

gelap tanpa cahaya. dan kau terbahak gembira.






TBT 050807

episode awal: dunia di balik layar

di balik layar gelap
kami [ter]sembunyi
tak ada suara, tiada gerak - terlihat
harus begitu nampaknya
di dalam layar semua telanjang
tiada mungkin melakukannya di luar sana
akan timbul prahara, kata dogma
melukai, karena kami akan dipaksa pergi

Salteng 030807